Skip to main content

Tantangan dunia digital dan Internet


Internet, sebagai suatu jaringan sistem teknis, telah membawa perubahan teknologi yang sangat besar, yaitu digitalisasi. Proses sebuah inovasi menjadi suatu sistem teknis berlangsung dalam proses yang lama dan rumit. Hal itu kita lihat dalam evolusi sistem kelistrikan: dari penemuan bola lampu sampai pada penemuan sistem kelistrikan, dibutuhkan waktu 50 tahun (antara tahun 1880 dan 1930) sampai pada pembentukan sistem yang memungkinkan pengembangan jaringannya secara makro. Proses dari inovasi sampai pada sistem teknis berarti tidak hanya sampai pada pembangunan jaringan, tetapi juga penyelarasan penggunaannya, pembuatan model ekonomi, serta penyusunan aturan-aturan dan pertumbuhan dari mereka yang terlibat, khususnya para operator dan penyedia jaringan.

Beberapa isu utama
Oleh karena itu, kita harus mengidentifikasi apa yang sesungguhnya terjadi dalam revolusi digital sekarang ini. Sistem digital berasal dari pertemuan antara teknologi telekomunikasi dan informasi, yang dimulai pada tahun 1960-1970an, dan membawa kita berpindah dari sistem analog, yaitu dari deskripsi berkelanjutan sinyal informasi menjadi kode dengan menggunakan kode biner (0 dan 1).

Perubahan dari sistem analog ke digital ini, demikian juga halnya dengan Internet, menimbulkan beberapa masalah utama dan mengubah lanskap budaya, komunikasi, perdagangan, dan mungkin berbagai bidang lainnya.

1. Masalah pertama adalah masalah konvergensi. Setidaknya ada dua macam konvergensi: konvergensi teknologi yang mengintegrasikan semua informasi dalam bentuk multimedia (suara, data, gambar) dalam satu wadah, yaitu jaringan berkecepatan tinggi; dan konvergensi strategi dan ekonomi para pelaku di sektor ini. Inilah sebabnya mengapa ada persaingan global dan sekaligus kesamaan kepentingan antara para aktor besar Hollywood, operator telekomunikasi, dan penguasa dunia informasi.

2. Pertanyaan kedua terkait dengan pembaruan dan pelipatgandaan para pelaku, karena kita melihat adanya persaingan dan sekaligus kerja sama dari dua dunia: dunia industri budaya dan dunia jaringan atau "wadah" informasi, telekomunikasi dan elektronik untuk konsumen pada umumnya. Secara bertahap hal itu menciptakan sebuah rangkaian kesatuan antara dua dunia ini. Perubahan ini merusak keseimbangan semua industri budaya, demikian juga halnya dengan dunia telekomunikasi dan elektronik. Sektor industri komunikasi dan budaya diubah secara radikal pada "dua ujung berlawanan". Di ujung yang satu, dibangunlah berbagai perpustakaan digital (misalnya, buku atau koleksi museum) dan katalog karya audiovisual; pertanyaan tentang hak intelektual dan finansial dari katalog ini sangatlah strategis. Di ujung yang lain, bermunculanlah berbagai situs berlangganan di mana kita harus membayar untuk mendapatkan akses layanan dan informasi. Dengan demikian, berbagai "situs berlangganan" ini menentukan nilai dari perusahaan-perusahaan di sektor ini. Ini adalah apa yang disebut Jeremy Rifkin sebagai "Era Access". Kedua mutasi ini mengganggu semua sektor budaya dan audiovisual, dari produksi, penerbitan hingga distribusi.

3. Masalah ketiga adalah kemungkinan untuk "mendematerialisasikan" sejumlah kegiatan distribusi (misalnya, pengunduhan). Dengan demikian, industri musik benar-benar dijungkirbalikan. Tapi apa yang kurang terlihat adalah bahwa di bidang jaringan telekomunikasi, digitalisasi dan deregulasi memungkinkan terjadinya kompetisi di antara para operator. Dalam hal ini, kita hanya bisa melihat adanya dua proses simultan : di satu sisi, kebijakan deregulasi dan, di sisi lain, sisi teknik, yaitu proses digitalisasi. Sulit untuk menentukan sisi mana yang menjadi penyebab dan sisi mana yang menjadi efeknya. Ini adalah pertanyaan yang sangat kompleks dan penting untuk memahami transformasi yang sedang berlangsung. Yang jelas, digitalisasi memungkinkan adanya kompetisi.

Tantangan-tantangan khusus dari Internet
Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan internet, pertama-tama kita melihat adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari penggunaan Internet dan pertumbuhan pesat dari e-commerce (perdagangan elektronik). Maka tantangan pertama dari Internet adalah berkaitan dengan sosial dan budaya: yaitu penguasaan yang "masuk akal/beralasan" dari penggunaannya. Namun kecepatan pengembangan teknologi komunikasi-informasi dan Internet pada khususnya sungguh mengkhawatirkan. Para pelaku industri dan politik sering membuat propaganda tentang "keterlambatan" kita dalam bidang ini; pada kenyataannya, justru hal sebaliknya yang menimbulkan masalah, teknologi informasi-komunikasi (internet, perangkat mobile, dll) tersebar terlalu cepat dan karena itu malah mengakibatkan keburukan. Masyarakat "mengkonsumsi"nya, menelannya, tapi dengan kecepatan penuh. Karena itu, ada kecemasan sosial dan budaya menghadapi dengan kecepatan invasi teknologi ini. Ada banyak pertanyaan tentang penggunaan, "penyalahgunaan", resistensi, ketiadaan bantuan, ketiadaan pelatihan, masalah hukum dan etika, dll. Kita memerlukan suatu "moratorium" dan penyelenggaraan debat publik untuk memberi kesempatan adanya penerapan yang terkontrol.

Dalam hal teknologi informasi-komunikasi, kita selalu kembali ke masalah ini : inovasi terjadi dengan ultra-cepat dan kumulatif (terutama dengan revolusi digital), sementara penerapan dan penggunaannya terjadi dengan lambat dan bahwa pengaturan teknik dan penggunaannya terjadi dengan lebih lambat lagi. Kecepatan inovasi teknis dan penerapannya secara sosial dan budaya sama sekali tidak sama. Masyarakat dan individu tidak memiliki waktu untuk "mencerna" perubahan ini dan membuat pilihan yang tercerahkan. Ketiadaan pilihan ini terjadi karena adanya kecepatan inovasi dan terutama komersialisasi teknologi informasi-komunikasi, yang disertai dengan meta-wacana propaganda industri dan politik : "kita harus" terkoneksi sebab kita berada dalam "masyarakat informasi". Wacana semacam ini sering disampaikan oleh organisasi internasional, pemerintah, dan tentu saja para pelaku industri. Mereka membentuk suatu ideologi nyata dari "masyarakat informasi". Tanpa maksud menyebutnya sebagai "terorisme teknologi", propaganda teknologi dan industri semacam itu selalu menyertai perkembangan Internet. Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana "ekonomi baru" yang menguasai dunia bisnis dan keuangan untuk mendukung investasi besar-besaran dalam bidang TIK pada akhirnya menyebabkan pecahnya gelembung dan bencana keuangan pada tahun 2001-2002. Maka kita harus waspada pada meta-wacana teknologi ini dan mempertahankan terus-menerus posisi kritis dalam arti ilmiah, karena meta-wacana ini menghasilkan perintah dan aturan perilaku sosial dan individual seperti "Anda harus terkoneksi", sebab jika tidak kita akan "terlempar keluar" dan "ketinggalan zaman"! Ujaran semacam ini menunjukkan adanya kontrol sosial yang dibuat atas nama modernitas dan keniscayaan teknologi.

TIK - terutama internet - dipromosikan ke dalam sistem pengajaran manajerial di universitas-universitas teknologi sebagai "Operator keajaiban" untuk tujuan pembangunan, memberantas kemiskinan dan kelaparan, menyediakan pendidikan dasar, mempromosikan kesetaraan jender, memberdayakan perempuan, melawan kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, memastikan kelestarian lingkungan dan mengembangkan kemitraan global untuk mencapai pembangunan yang kondusif untuk pengembangan perdamaian, keadilan dan kemakmuran.
Padahal internet bisa mempromosikan baik pertukaran dan perdagangan maupun maupun sebaliknya, yaitu pengawasan dan peperangan elektronik. Dengan demikian, di Inggris, jaringan kamera melalui Internet juga digunakan sebagai alat pemantau sosial, bahkan militer dan strategi pertahanan. Kita mencatat dalam hal ini bahwa investasi sipil dalam dunia TIK hanya mewakili ujung gunung es: di mana bagian terbesar yang tidak kelihatan adalah investasi dan inovasi militer. Berbagai wacana tentang strategi geo-politik dan "cyberwar" saat ini menunjukkan meningkatnya penggunaan Internet dalam konflik dan peperangan elektronik kontemporer.

Masih terkait dengan tantangan khusus Internet, perlu dicatat bahwa model ekonomi pembangunannya belumlah stabil, katakanlah antara sistem "bebas" dan tertutup, ada hak milik, berbayar. Apa yang dipertaruhkan adalah kemungkinan destabilisasi dari semua industri budaya yang ada, dengan membuat Internet menjadi semacam "tuas penyangga" untuk melawan industri-industri tersebut. Dengan demikian industri buku, termasuk toko buku, atau koran harian terancam keberadaannya oleh perkembangan e-commerce, dengan situs-situs seperti Amazon. Meskipun Internet membuka peluang baru, termasuk pada media tradisional, kita membutuhkan waktu untuk mengukur konsekuensi dari mutasi ini sehingga kita bisa membantu atau bahkan melindungi sektor-sektor dari kegiatan kebudayaan.

Masalah terakhir berkaitan dengan Internet adalah regulasinya. Untuk saat ini, pengaturan nomor IP dan nama domain di internet dikelola oleh ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers), sebuah organisasi nirlaba AS yang didirikan pada tahun 1998. Organisasi ini memiliki kedekatan dengan salah satu departemen pemerintahan Amerika Serikat yang membawahi pengelolaan internet, yaitu Departemen Perdagangan. Bias pengaturan semacam ini telah menuai kritik masyarakat internasional. Oleh karena itu Candoleeza Rice (mantan Menteri Luar Negeri AS) menekankan bahwa keberhasilan Internet bersandar pada sifat desentralisasinya dan bahwa "birokrasi tidak ada hubungannya dengan struktur internet", dengan demikian ia menolak setiap gagasan tentang peraturan publik internasional. Dia menulis kepada Menteri Inggris J Straw: "Struktur, stabilitas dan keberlanjutan dari tata cara pengaturan Internet adalah subjek yang sangat penting bagi Amerika Serikat. Internet telah menjadi infrastruktur penting untuk komunikasi global, termasuk terkait dengan pertukaran dan perdagangan internasional, dan oleh karena itu, kami sangat yakin bahwa dukungan untuk struktur pengaturan internet saat ini sangatlah penting. ... Kami yakin bahwa dalam bentuk yang sekarang, internet menawarkan kompromi antara stabilitas, keamanan, dan inovasi dan dinamisme yang ditawarkan oleh sektor swasta." (AFP 18/11/2005)

Sebuah permenungan filosofis dan politik
Dalam masyarakat sekarang ini, secara teknis, Internet dan penggunaan telepon seluler sering membantu institusi dan relasi sosial yang sedang dalam krisis. Internet dan telepon seluler membantu memperbaiki ikatan sosial dalam "masyarakat yang tercerai-berai", namun mereka menjalin ikatan ini dengan teknologi. Jadi di dunia Barat setidaknya, pada teknologi, kita menaruh beban kehilangan keakraban dan beban utopia usang, yang disebut sebagai "feodalisasi dalam jaringan". TIK membantu mendukung hyper-individualisme, memakai lembaga dan nilai-nilai, membaharui organisasi dan lembaga, untuk menempatkan seluruh "masyarakat dalam jaringan", untuk menghubungkan manusia, namun dengan menggunakan teknologi, bukan dengan hubungan sosial-politik. Di sini kita bisa mengkritisi wacana para politisi bahwa internet merupakan pengganti atau bahkan kompensasi dari bentuk hubungan sosial yang lebih tradisional. Karena dunia politik pada gilirannya "terinternetisasi". Akhir kata, keinginan kita akan masa depan lebih dari sekedar sebuah keinginan akan koneksi lewat website.

Comments

Popular posts from this blog

Facebook, ancaman bagi demokrasi?

Di AS, seperti juga di Perancis, pengguna internet banyak menggunakan jejaring sosial paling populer. Forum semacam ini, yang dikelola oleh algoritma yang diklaim "netral", sungguhkah perlu diperdebatkan keberadaannya? Ketika Susanna Lazarus terbangun pada hari Jumat, 24 Juni, dan ia menyalakan televisi, ia sungguh terkejut. Negaranya, Inggris, hampir 52% pemilih dalam referendum memilih untuk meninggalkan Uni Eropa. Padahal di hari-hari menjelang referendum, penduduk London berusia 27 tahun ini tidak melihat tanda-tanda bahwa pemilih Brexit akan menang. Di Facebook, kebanyakan teman-temannya, yang juga berasal dari kota kosmopolitan itu, telah berbagi argumen untuk memilih "Tetap" dalam Uni Eropa. Kampanye yang menentang, yaitu dari kubu "Brexit" hampir tidak muncul dalam newsfeed akun medis sosialnya. "Ketika saya pergi tidur tadi malam, saya merasa optimis, dan sebagian besar dari harapan ini datang dari kegembiraan melihat aliran ber...

Propaganda tersembunyi algoritma Internet

Dengan memilihkan link dan informasi berdasarkan profil pengguna, filtrasi informasi yang dijalankan algoritma internet memenjarakan para pengguna dalam kepompong intelektual. Dua orang yang berseberangan haluan politik, liberal-kapitalis dan sosialis, melakukan pencarian kata "BP" di Google. Orang pertama menerima, di barisan pertama halaman pencariannya, informasi-informasi tentang kemungkinan investasi di British Petroleum, sedangkan orang kedua mendapatkan berita-berita terbaru tentang tumpahan minyak telah disebabkan oleh perusahaan minyak Inggris itu. Kedua pencarian itu menghasilkan jawaban yang sangat berlawanan karena mereka telah "disaring" oleh Google sesuai dengan profil pengguna internet. Ini adalah salah satu contoh yang diberikan oleh Eli Pariser, spesialis dunia maya, untuk menunjukkan bagaimana mesin pencari dari Amerika ini - yang dikalibrasi ulang 600 kali setiap tahunnya secara rahasia - menyaring perilaku online dan menyesu...